Keelektronegatifan: Pengertian, Sifat, dan Contoh Penerapannya dalam Kehidupan

Pernahkah kalian bertanya-tanya mengapa air sangat baik untuk melarutkan berbagai zat? Atau mengapa garam dapur (NaCl) bisa terlarut dengan mudah di dalam air? Jawabannya akan kalian dapatkan pada pembahasan mengenai konsep keelektronegatifan kali ini.

Dalam kehidupan sehari-hari, keelektronegatifan memainkan peran penting, salah satunya adalah peran air.

Air (H₂O) adalah contoh molekul yang sangat dipengaruhi oleh perbedaan keelektronegatifan antara atom-atom penyusunnya. Oksigen dalam air memiliki keelektronegatifan yang jauh lebih tinggi daripada hidrogen, sehingga ia menarik elektron lebih kuat. Hal ini membuat air menjadi molekul polar, yang artinya memiliki muatan negatif di salah satu sisi (dekat oksigen) dan muatan positif di sisi lainnya (dekat hidrogen).

Sifat polar inilah yang menjadikan air sebagai pelarut yang sangat baik. Ketika kita menambahkan garam (NaCl) ke dalam air, ion natrium (Na⁺) dan klorin (Cl⁻) yang terbentuk akan terpisah karena interaksi dengan molekul air. Klorin (Cl⁻), yang memiliki keelektronegatifan lebih tinggi, akan tertarik ke sisi positif molekul air, sementara natrium (Na⁺) tertarik ke sisi negatif.

Baca Selengkapnya mengenai Konsep Kepolaran!

Jadi, ketika kita berbicara tentang konsep keelektronegatifan, kita sebenarnya sedang memahami bagaimana atom-atom berinteraksi di sekitar kita. Mulai dari bagaimana garam larut dalam air hingga bagaimana tubuh kita memproses nutrisi, semua itu berkaitan dengan sifat-sifat atom yang ditentukan oleh keelektronegatifan.

Pengertian Keelektronegatifan

Secara umum, Pengertian Keelektronegatifan adalah ukuran kecenderungan suatu atom untuk menarik elektron.

Berikut beberapa pengertian Keelektronegatifan menurut beberapa ahli:

  • Linus Pauling
    Menurut Linus Pauling, keelektronegatifan adalah kemampuan sebuah atom untuk menarik pasangan elektron dalam ikatan kimia. Pauling juga mengembangkan skala keelektronegatifan berdasarkan energi ikatan yang memungkinkan perhitungan perbedaan keelektronegatifan antar atom.
  • Robert S. Mulliken
    Mulliken mendefinisikan keelektronegatifan sebagai rata-rata dari afinitas elektron dan energi ionisasi. Artinya, keelektronegatifan suatu atom dapat dihitung dengan menambahkan energi yang diperlukan untuk melepaskan elektron dan energi yang dilepaskan saat atom tersebut menerima elektron.
  • Allred-Rochow
    Allred dan Rochow menyatakan bahwa keelektronegatifan terkait dengan gaya elektrostatik antara inti atom dan elektron valensi. Dengan kata lain, semakin besar gaya tarik antara inti dan elektron terluar, semakin besar keelektronegatifan atom tersebut.
  • Sanderson
    Menurut Sanderson, keelektronegatifan suatu unsur adalah cerminan dari kepadatan elektron atom tersebut. Artinya, keelektronegatifan bisa dijelaskan berdasarkan distribusi kepadatan elektron dalam atom, di mana atom dengan kepadatan elektron lebih tinggi memiliki keelektronegatifan yang lebih besar.

Dari beberapa definisi tersebut, keelektronegatifan dapat dirangkum sebagai ukuran seberapa kuat sebuah atom dapat menarik elektron dalam ikatan kimia.

Sifat-Sifat Keelektronegatifan

Berikut beberapa sifat keelektronegatifan unsur ditinjau dari berbagai aspek!

1. Keelektronegatifan jika ditinjau dari posisinya pada Tabel Periodik

  • Dari kiri ke kanan dalam satu periode pada tabel periodik Keelektronegatifan meningkat . Hal ini disebabkan karena semakin ke kanan, jumlah elektron valensi bertambah sehingga atom semakin kuat menarik elektron.

    Contoh: Dalam satu periode, Fluor (F) memiliki keelektronegatifan lebih tinggi yakni 4,0 daripada Nitrogen (N) yakni 3,04. Oleh karena itu, Fluor lebih cenderung menarik elektron dibandingkan Nitrogen.
  • Dari atas ke bawah dalam satu golongan Keelektronegatifan menurun. Hal ini terjadi karena jarak antara inti atom dan elektron valensi semakin besar, sehingga gaya tarik terhadap elektron semakin lemah.

    Contoh: Dalam golongan VIIA (halogen), Fluor (F) memiliki keelektronegatifan lebih tinggi yakni 4,0 daripada Klor (Cl) yakni 3,0, sehingga Fluor lebih kuat menarik elektron dibandingkan Klor.

2. Keelektronegatifan jika ditinjau dari pengaruhnya terhadap Jenis Ikatan Kimia

  • Ikatan Ion

Ketika dua atom memiliki perbedaan keelektronegatifan yang besar, biasanya akan membentuk ikatan ion.

Atom dengan keelektronegatifan lebih tinggi akan menarik elektron dari atom yang keelektronegatifannya lebih rendah.

Contoh: Pada senyawa Natrium Klorida (NaCl), atom Klorin (Cl) memiliki keelektronegatifan lebih tinggi daripada Natrium (Na). Karena perbedaan ini sangat besar, Klorin “mengambil” elektron dari Natrium, membentuk ikatan ion.

  • Ikatan Kovalen

Jika dua atom atau lebih memiliki perbedaan keelektronegatifan yang kecil, biasanya akan membentuk ikatan kovalen, di mana atom-atom berbagi elektron secara relatif merata.

Contoh: Pada molekul H₂ (hidrogen), kedua atom hidrogen memiliki keelektronegatifan yang sama, sehingga mereka berbagi elektron secara merata dan membentuk ikatan kovalen non-polar.

Baca Juga : Perbedaan Ikatan Ion dan Ikatan Kovalen

3. Keelektronegatifan jika ditinjau dari pengaruhnya pada Kepolaran Molekul

  • Molekul yang terdiri dari atom-atom dengan perbedaan keelektronegatifan akan menjadi molekul yang polar, artinya ada perbedaan muatan di dalam molekul tersebut.

    Contoh: Air (H₂O) adalah molekul polar karena oksigen (O) memiliki keelektronegatifan lebih tinggi daripada hidrogen (H). Oksigen menarik elektron lebih kuat, menyebabkan sisi molekul dekat oksigen bermuatan negatif, dan sisi dekat hidrogen bermuatan positif.
  • Sebaliknya, jika atom-atom memiliki keelektronegatifan yang hampir sama, molekul akan menjadi non-polar, di mana elektron dibagi secara merata.

    Contoh: Molekul karbon dioksida (CO₂) adalah non-polar meskipun ada perbedaan keelektronegatifan antara karbon (C) dan oksigen (O). Ini karena bentuk molekulnya simetris, sehingga perbedaan muatan pada dua sisi molekul saling menetralkan

Keelektronegatifan adalah sifat penting dari atom yang menentukan bagaimana atom tersebut berinteraksi dengan atom lain.

Contoh Peranan Keelektronegatifan dalam Kehidupan Sehari-hari

Berikut beberapa contoh penerapan materi keelektronegatifan dalam kehidupan sehari-hari yang dapat membantu kamu lebih memahami peranan dan konsep dari keelektronegatifan.

1. Larutnya Garam dalam Air

Ketika kita menambahkan garam dapur (NaCl) ke dalam air, ion-ion Natrium (Na⁺) dan Klorida (Cl⁻) terpisah karena interaksi dengan molekul air.

Hal ini terjadi karena air adalah molekul polar, dengan oksigen (O) yang memiliki keelektronegatifan tinggi menarik elektron lebih kuat daripada hidrogen (H). Keelektronegatifan yang tinggi dari oksigen membuat molekul air dapat menarik ion Cl⁻, sementara ion Na⁺ tertarik ke sisi negatif molekul air (hidrogen). Inilah mengapa garam larut dengan mudah di air.

2. Sifat Pembersih Sabun

Sabun bekerja dengan memanfaatkan sifat keelektronegatifan.

Sabun terdiri dari molekul dengan dua bagian, yaitu kepala yang bersifat polar (larut dalam air) dan ekor yang bersifat non-polar (larut dalam minyak dan lemak).

Bagian kepala polar sabun berinteraksi dengan molekul air, sementara bagian ekor non-polar berinteraksi dengan minyak atau kotoran yang mengandung lemak.

Karena air bersifat polar (disebabkan oleh perbedaan keelektronegatifan antara hidrogen dan oksigen), sabun bisa menarik kotoran lemak dan membilasnya keluar dari permukaan yang kotor.

3. Reaktivitas Fluor pada Pasta Gigi

Pada pasta gigi, salah satu bahan pentingnya adalah senyawa yang mengandung fluorida (F⁻).

Fluor adalah unsur dengan keelektronegatifan tertinggi dalam tabel periodik, yang berarti ia sangat kuat menarik elektron. Karena kekuatan ini, fluorida membantu memperkuat email gigi dengan membuatnya lebih tahan terhadap serangan asam dari bakteri.

Ini salah satu alasan mengapa pasta gigi dengan kandungan fluorida sangat efektif dalam menjaga kesehatan gigi.

4. Penggunaan Plastik untuk Membungkus Makanan

Plastik sering digunakan untuk membungkus makanan karena sifatnya yang tahan air.

Plastik terbuat dari molekul non-polar seperti polietilena. Karena air adalah molekul polar (disebabkan oleh perbedaan keelektronegatifan antara atom hidrogen dan oksigen), air tidak dapat dengan mudah berinteraksi atau larut dengan plastik non-polar.

Oleh sebab itu, plastik tahan terhadap air dan digunakan sebagai pembungkus makanan agar tetap kering.

5. Proses Fotosintesis pada Tanaman

Dalam fotosintesis, molekul air (H₂O) terlibat dalam reaksi kimia untuk memproduksi energi bagi tanaman. Oksigen dalam air memiliki keelektronegatifan tinggi, yang membuatnya menarik elektron lebih kuat daripada hidrogen.

Ketika cahaya matahari diserap oleh tanaman, molekul air dipecah, dan elektron yang terlibat digunakan dalam rantai reaksi untuk menghasilkan energi.

Keelektronegatifan oksigen adalah kunci dalam pemecahan air pada proses fotosintesis ini.

Kesimpulan:

Keelektronegatifan adalah konsep kunci dalam kimia yang membantu kita memahami bagaimana atom-atom berinteraksi satu sama lain untuk membentuk molekul.

Dengan memahami keelektronegatifan, kita bisa memprediksi jenis ikatan kimia yang akan terbentuk, serta sifat-sifat molekul yang dihasilkan.

Konsep keelektronegatifan ini juga sebenarnya sering kita temui dalam kehidupan sehari-hari, baik itu saat kita menggunakan sabun untuk membersihkan kotoran, menggunakan pasta gigi dengan fluorida, atau memahami bagaimana air mampu melarutkan banyak zat.

Demikian materi mengenai Pengertian Keelektronegatifan Unsur dalam tabel periodik beserta sifat dan peranannya dalam kehidupan sehari-hari.

Jika kamu ingin memberikan pertanyaan atau saran, kamu dapat mengirimkan email ke admin@anakreaksi.com

Semoga membantu, dan Salam Reaksi!!

Baca Juga: Soal dan Pembahasan mengenai Ikatan Kimia dalam pilihan berganda

Scroll to Top